(Catatan ini ditulis oleh seorang traveller yang belum
terbiasa menginap di hotel dengan kartu kunci)
Mei 2013
Pernah dengar backpacker menginap di hotel bintang tiga? Yah
kamilah orangnya. Delapan orang students di salah satu universitas ternama di
Belanda (cieee) yang terobsesi menikmati liburan paskah di Brussel dan Paris
meskipun dengan uang pinjaman, hehe karna beasiswa belum turun. Dengan
perencanaan yang serba mendadak, di sela-sela setumpuk assignments, dengan
asumsi bahwa kondisi suhu tidak terlalu
dingin sehingga kami bisa tidur di outdoor tanpa harus menyewa penginapan,
akhirnya berangkatlah 8 orang ini menuju Brussels denga bus Eurolines.
Manusia hanya berencana dan Tuhan yang menentukan segalanya.
Ternyata keadaan suhu yang masih cukup dingin dan kondisi kesehatan beberapa
orang yang menurun menyebabkan kami harus menyerah dan mencari penginapan. Akhirnya
terpilihlah hotel Max di Brussel dan hotel Ibis di Paris. Kedua hotel ini
ternyata adalah hotel bintang tiga sodara-sodara, dengan range rates antara
25-30 euro per person per night without breakfast, cukup mewah kan untuk
golongan backpacker? Hehehe ini akibat jadi backpacker tanggung yang dibutakan
obsesi.
Pose di depan Hotel Ibis, Paris
Pose di depan Max Hotel, Brussels
Kedua hotel bintang tiga di atas menawarkan fasilitas yang
sesuai dengan rates yang ditetapkan, salah satunya adalah security yang cukup
ketat dengan menggunakan password untuk setiap tamu yang masuk (Max) dan
menggunakan kartu sebagai kunci pintu (Max dan Ibis).
Mei 2015
Singkat cerita, setelah saya kembali ke kampung halaman di
indonesia, saya melanjutkan pekerjaan menjadi backpacker, meski kadang dengan
ciri-ciri yang agak-agak mendekati traveler. Setelah beberapa lama menjadi
traveler, hotel Pullman Surabaya City Center adalah hotel “canggih” pertama
yang saya masuki setelah Max di Brussel dan Ibis di Paris. Maklum, selama ini
terbiasa menjadi backpacker/traveler sederhana yang lebih memilih menginap di
kos/rumah teman atau menginap di hotel sederhana dengan rates rata-rata. For
your information, keberadaan saya di hotel Pullman ini bukan untuk menginap
tapi hanya mengantarkan mahasiswa untuk mengikuti olimpiade yang
diselenggarakan di hotel ini.
"Pullman Hotel" Foto dari hotelier-indonesia.com
Di hotel ini diterapkan security check seperti di bandara
dan kartu kunci yang berlaku juga ketika kita ingin menggunakan lift. Nah, di
sinilah kebodohan itu bermula, saya melupakan pegalaman berharga dengan kartu kunci kamar hotel setahun yang lalu. Ketika beberapa orang masuk lift (termasuk
saya), memencet angka dan menyadari bahwa lift tidak bergerak, sampai akhirnya
ada salah satu yang menyadari bahwa penggunaan lift ini harus dilakukan dengan
terlebih dahulu memasukkan kartu ke dalam lift.
Ketidaktahuan ini berlanjut ketika saya berpindah ke hotel
Ibis, hotel di mana saya menginap di hari yang sama dan masih di Surabaya City
Center.
"Hotel Ibis" Foto dari travelfotografi.co.id
Dengan penuh keyakinan, saya membawa kartu yang diberikan oleh
resepsionis dan memasuki lif untuk menuju ke lantai 2. Di dalam lift, saya
mencari lubang di mana saya bisa memasukkan kartu untuk membuka lift seperti di
hotel Pullman. Mau keluar malu dan tetap di lift saya tidak bergerak sama sekali. Akhirnya, entah kenapa tiba-tiba lift bergerak naik, dan ternyata ada pasangan di lantai dua yang memencet lift untuk naik. Alhamdulillah, Alloh tidak memberi cobaan yang melebihi kemampuan hambanya :D
Akan tetapi ternyata tantangannya masih berlanjut sodara-sodara, karena saya harus bersusah payah membuka pintu hotel yang juga harus dibuka dengan menggunakan kartu. Sekali lagi, yakinlah bahwa Alloh tidak memberi cobaan melebihi kemampua hambaNya. Di sinilah, di saat saya sedang bersusah payah mencari cara membuka pintu, terdengar suara seorang ibu yang akhirnya menjadi pahlawan saya. Beliau hanya menempelkan si kartu ke gagang pintu dan taraaaaa pintu terbuka dengan mudahnya. Selamat istirahat dan slaap lekker...zzzzzzzzz...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar