Kamis, 10 November 2016

Saat Hujan

Aku berharap kita akan bertemu saat hujan..
Ketika kita berdiri bersebelahan, berteduh sambil memandang setiap tetes air yang jatuh, sibuk dengan pikiran masing-masing, sibuk memikirkan kalimat macam apa yang kiranya bisa dipakai membuka pembicaraan.

Aku berharap kita akan bertemu saat hujan..
Iya, hujan yang tak kunjung reda, sehingga memaksamu untuk memulai pembicaraan yang memecah keheningan.


Kalau saja kamu tahu, aku ingin memulai, tapi aku tak bisa, karena aku wanita.
Karena aku wanita, aku menunggu kamu memulai, aku berdoa kamu akan segera mengakhiri sunyi, tak perlu dengan kalimat shopisticated macam di artikelnya pak ariyadi atau marja, tak perlu dengan kalimat melankolis seperti puisi-puisi kurniawan gunadi atau panji ramdana.

Aku selalu berharap kita akan bertemu saat hujan..
Ketika akhirnya kalimat, "kamu suka hujan?" membuatmu mengawali pembicaraan kita sore itu.
Membuat obrolan ringan tentang hujan, kenangan, dan doa tak terasa membawa kita menyapa senja.
Dan hujan masih tak kunjung reda.

Ah, aku memang berharap kita akan bertemu saat hujan..
Tapi bukan hujan yang membuat kita harus berteduh terlalu lama dan kita mulai mengkhawatirkan cara untuk pulang.
Tapi bukankah kita suka hujan?
Dan akhirnya kita mengambil arah masing-masing, pulang bersama hujan yang kita sukai.
Aku berharap suatu saat, arah kita akan sama, sehingga kita pun bisa berjalan bersama, aku, kamu, dan hujan.

Aku berharap kita akan bertemu saat hujan..
Suatu saat nanti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar