Selasa, 17 November 2015

Tak Adil Membandingkan Duka

Setiap luka ada rasa sakitnya masing-masing, begitu pula setiap duka yang ada rasa sedihnya masing-masing. Jadi, tak seharusnya membandingkan luka atau membandingkan duka. Itu sih menurut saya yang menurut teori stifin kemungkinan ada di golongan feeling. Kalau bahasa kekiniannya berarti saya masuk ke golongan manusia yang suka "baper".

Baper banget ketika saya melihat akhir-akhir ini (menurut saya) banyak orang-orang yang membandingkan duka insiden penyerangan di Paris dengan tragedi di Palestina dan di Suriah lantas mengatakan "jangan berlebihan, apa yang terjadi di Palestina dan Suriah jauh lebih menyesakkan dada". Pernyataan yang menurut saya sangat tidak adil, tidak adil bagi para korban insiden Paris, bagi para keluarga korban, dan bagi orang-orang yang berempati mereka. Kalau pakai analogi sakitnya patah hati, pasti tidak ada yang ikhlas ketika ada orang yang merespon patah hatinya dengan, "jangan berlebihan, patah hati yang aku alami dan si X alami jauh lebih menyesakkan dada".

Pengen banget bilang, "Please, berlaku adillah pada setiap duka". 
Lalu kemungkinan mereka berkata, "Mereka (media, orang-orang, dll) yang tidak adil pada Palestina, Suriah, Lebanon, dll". 
Dan saya jawab, "Katakanlah mereka memang benar tidak adil, terus kamu mau ikut-ikutan tidak adil pada insiden Paris?".
Dan "diskusi" ini diprediksi akan berujung pada "bagimu pendapatmu dan bagiku pendapatku".

Ya sudahlah, apapun pendapat itu, yang terpenting kita tidak sibuk berdebat dan "kampanye" di media sosial tapi justru lupa berbuat, atau setidaknya berdoa, berdoa untuk Palestina, Suriah, Paris, Lebanon, Irak, dll, berdoa untuk kemanusiaan, untuk perdamaian diseluruh dunia..






Tidak ada komentar:

Posting Komentar