Senin, 20 April 2015

REVISI DOA ATAU DIRI?



Ya Allah karuniakanlah kami suami yang sholeh, yang bisa membimbing kami menjadi seorang mujahidah yang mencintaiMu lebih dari segalanya”

Doa itu yang selalu kupanjatkan selama bertahun-tahun, sampai akhirnya aku berfikir, apa doa itu yang membuat kita sampai sekarang belum dipertemukan. Bisa jadi benar apa yang dikatakan orang-orang kalau standarku ketinggian, meski beda standar tinggi menurut definisi mereka dan definisiku sih. Aku yang biasa-biasa saja tapi mengajukan permintaan dengan standar yang cukup tinggi. Rabb, apa hamba harus merevisi doa itu…?

“Ya Allah sandingkanlah kami dengan belahan jiwa pilihanMu”

Doa yang diajarkan Pak Mario Teguh ini menjadi alternative ketika aku mulai ragu dengan poin yang aku minta di doa yang sebelumnya. Dalam doa ini aku tidak mengajukan poin apapun, pasrah tentang siapa yang akan dipilihkan Allah untukku. Ya, aku yakin pilihan Allah-lah yang paling tepat. But wait, it doesn’t mean that you just stay and wait without doing something. Iya ya pastinya aku pengen Allah memilihkan belahan jiwa yang baik untuk disandingkan denganku, yang artinya aku-pun harus jadi orang baik dulu.

KalaU begitu, bagaimana jika menggabungkan doa yang pertama dan yang kedua? Rabb, mungkin hamba belum layak meminta “seorang laki-laki yang sholeh, yang bisa membimbing hamba menjadi mujahidah yang mencintaiMu lebih dari segalanya”  menjadi belahan jiwa yang Engkau pilihkan untukku, tapi ijinkan dan mudahkan hamba merevisi diri daripada merevisi doa

Ya Allah karuniakanlah kami suami yang sholeh, yang bisa membimbing kami menjadi seorang mujahidah yang mencintaiMu lebih dari segalanya”
“Ya Allah sandingkanlah kami dengan belahan jiwa pilihanMu”
“Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqqina immamaa”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar