“Ya Allah karuniakanlah kami suami yang sholeh, yang bisa membimbing
kami menjadi seorang mujahidah yang mencintaiMu lebih dari segalanya”
Doa itu yang selalu kupanjatkan
selama bertahun-tahun, sampai akhirnya aku berfikir, apa doa itu yang membuat
kita sampai sekarang belum dipertemukan. Bisa jadi benar apa yang dikatakan
orang-orang kalau standarku ketinggian, meski beda standar tinggi menurut
definisi mereka dan definisiku sih. Aku yang biasa-biasa saja tapi mengajukan
permintaan dengan standar yang cukup tinggi. Rabb, apa hamba harus merevisi doa
itu…?
“Ya Allah sandingkanlah kami dengan belahan jiwa pilihanMu”
Doa yang diajarkan Pak Mario
Teguh ini menjadi alternative ketika aku mulai ragu dengan poin yang aku minta
di doa yang sebelumnya. Dalam doa ini aku tidak mengajukan poin apapun, pasrah
tentang siapa yang akan dipilihkan Allah untukku. Ya, aku yakin pilihan
Allah-lah yang paling tepat. But wait, it
doesn’t mean that you just stay and wait without doing something. Iya ya
pastinya aku pengen Allah memilihkan belahan jiwa yang baik untuk disandingkan
denganku, yang artinya aku-pun harus jadi orang baik dulu.
KalaU begitu, bagaimana jika
menggabungkan doa yang pertama dan yang kedua? Rabb, mungkin hamba belum layak
meminta “seorang laki-laki yang sholeh,
yang bisa membimbing hamba menjadi mujahidah yang mencintaiMu lebih dari
segalanya” menjadi belahan jiwa yang
Engkau pilihkan untukku, tapi ijinkan dan mudahkan hamba merevisi diri daripada
merevisi doa
“Ya Allah karuniakanlah kami suami yang sholeh, yang bisa membimbing
kami menjadi seorang mujahidah yang mencintaiMu lebih dari segalanya”
“Ya Allah sandingkanlah kami dengan belahan jiwa pilihanMu”
“Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun waj’alna
lil muttaqqina immamaa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar